Minggu, 15 Oktober 2017

upacara keagamaan ngaben

                   Ngaben


Upacara Ngaben di Ubud
Ngaben merupakan salah satu upacara yang dilakukan oleh Umat Hindu di Bali yang tergolong upacara Pitra Yadnya (upacara yang ditunjukkan kepada Leluhur). Beberapa pengertian dari Ngaben, sebagai berikut : 1. Ngaben secara etimologis berasal dari kata api yang mendapat awalan nga, dan akhiran an, sehingga menjadi ngapian, yang disandikan menjadi ngapen yang lama kelamaan terjadi pergeseran kata menjadi ngaben. Upacara Ngaben selalu melibatkan api, api yang digunakan ada 2, yaitu berupa api konkret (api sebenarnya) dan api abstrak (api yang berasal dari Puja Mantra Pendeta yang memimpin upacara). 2. Versi lain mengatakan bahwa Ngaben berasal dari kata beya yang artinya bekal, sehingga ngaben juga berarti upacara memberi bekal kepada Leluhur untuk perjalannya ke Sunia Loka. 3. Versi lain, Ngaben berasal dari nge - "abu" - in. Disandikan menjadi Ngaben, merupakan upacara pengembalian unsur tubuh kepada unsur alam.

  • Bentuk-bentuk Upacara Ngaben
  • Ngaben Sawa Wedana

Sawa Wedana adalah upacara ngaben dengan melibatkan jenazah yang masih utuh (tanpa dikubur terlebih dahulu) . Biasanya upacara ini dilaksanakan dalam kurun waktu 3-7 hari terhitung dari hari meninggalnya orang tersebut. Pengecualian biasa terjadi pada upacara dengan skala Utama, yang persiapannya bisa berlangsung hingga sebulan. Sementara pihak keluarga mempersiapkan segala sesuatu untuk upacara maka jenazah akan diletakkan di balai adat yang ada di masing-masing rumah dengan pemberian ramuan tertentu untuk memperlambat pembusukan jenazah. Dewasa ini pemberian ramuan sering digantikan dengan penggunaan formalin. Selama jenazah masih ditaruh di balai adat, pihak keluarga masih memperlakukan jenazahnya seperti selayaknya masih hidup, seperti membawakan kopi, memberi makan disamping jenazah, membawakan handuk dan pakaian, dll sebab sebelum diadakan upacara yang disebut Papegatan maka yang bersangkutan dianggap hanya tidur dan masih berada dilingkungan keluarganya.

  • Ngaben Asti Wedana

Asti Wedana adalah upacara ngaben yang melibatkan kerangka jenazah yang pernah dikubur. Upacara ini disertai dengan upacara ngagah, yaitu upacara menggali kembali kuburan dari orang yang bersangkutan untuk kemudian mengupacarai tulang belulang yang tersisa. Hal ini dilakukan sesuai tradisi dan aturan desa setempat, misalnya ada upacara tertentu di mana masyarakat desa tidak diperkenankan melaksanakan upacara kematian dan upacara pernikahan maka jenazah akan dikuburkan di kuburan setempat yang disebut dengan upacara Makingsan ring Pertiwi ( Menitipkan di Ibu Pertiwi).

  • Swasta

Swasta adalah upacara ngaben tanpa memperlibatkan jenazah maupun kerangka mayat, hal ini biasanya dilakukan karena beberapa hal, seperti : meninggal di luar negeri atau tempat jauh, jenazah tidak ditemukan, dll. Pada upacara ini jenazah biasanya disimbolkan dengan kayu cendana (pengawak) yang dilukis dan diisi aksara magis sebagai badan kasar dari atma orang yang bersangkutan.

  • Ngelungah

Ngelungah adalah upacara untuk anak yang belum tanggal gigi.

  • Warak Kruron

Warak Kruron adalah upacara untuk bayi yang keguguran.

  • Tujuan Upacara Ngaben

Upacara ngaben secara konsepsional memiliki makna dan tujuan sebagai berikut :
1. Dengan membakar jenazah maupun simbolisnya kemudian menghanyutkan abu ke sungai, atau laut memiliki makna untuk melepaskan Sang Atma (roh) dari belenggu keduniawian sehingga dapat dengan mudah bersatu dengan Tuhan (Mokshatam Atmanam)
2. Membakar jenazah juga merupakan suatu rangkaian upacara untuk mengembalikan segala unsur Panca Maha Bhuta (5 unsur pembangun badan kasar manusia) kepada asalnya masing-masing agar tidak menghalangi perjalan Atma ke Sunia Loka Bagian Panca Maha Bhuta yaitu : a. Pertiwi : unsur padat yang membentuk tulang, daging, kuku, dll b. Apah: unsur cair yang membentuk darah, air liur, air mata, dll c. Bayu : unsur udara yang membentuk napas. d. Teja : unsur panas yang membentuk suhu tubuh. e. Akasa : unsur ether yang membentuk rongga dalam tubuh.
3. Bagi pihak keluarga, upacara ini merupakan simbolisasi bahwa pihak keluarga telah ikhlas, dan merelakan kepergian yang bersangkutan.
  • Rangkaian Upacara Ngaben

Sarana Pengusungan Jenazah
Ngulapin
Upacara untuk memanggil Sang Atma. Upacara ini juga dilaksanakan apabila yang bersangkutan meninggal di luar rumah yang bersangkutan (misalnya di Rumah Sakit, dll). Upacara ini dapat berbeda-beda tergantung tata cara dan tradisi setempat, ada yang melaksanakan di perempatan jalan, pertigaan jalan, dan kuburan setempat. |-
Nyiramin/Ngemandusin
Upacara memandikan dan membersihkan jenazah yang biasa dilakukan di halaman rumah keluarga yang bersangkutan (natah). Prosesi ini juga disertai dengan pemberian simbol-simbol seperti bunga melati di rongga hidung, belahan kaca di atas mata, daun intaran di alis, dan perlengkapan lainnya dengan tujuan mengembalikan kembali fungsi-fungsi dari bagian tubuh yang tidak digunakan ke asalnya, serta apabila roh mendiang mengalami reinkarnasi kembali agar dianugerahi badan yang lengkap (tidak cacat). |-
Ngajum Kajang
Kajang adalah selembar kertas putih yang ditulisi dengan aksara-aksara magis oleh pemangku, pendeta atau tetua adat setempat. Setelah selesai ditulis maka para kerabat dan keturunan dari yang bersangkutan akan melaksanakan upacara ngajum kajang dengan cara menekan kajang itu sebanyak 3x, sebagai simbol kemantapan hati para kerabat melepas kepergian mendiang dan menyatukan hati para kerabat sehingga mendiang dapat dengan cepat melakukan perjalanannya ke alam selanjutnya.
Gambar Kajang Pande
|-
Ngaskara
Ngaskara bermakna penyucian roh mendiang. Penyucian ini dilakukan dengan tujuan agar roh yang bersangkutan dapat bersatu dengan Tuhan dan bisa menjadi pembimbing kerabatnya yang masih hidup di dunia. |-
Mameras
Mameras berasal dari kata peras yang artinya berhasil, sukses, atau selesai. Upacara ini dilaksanakan apabila mendiang sudah memiliki cucu, karena menurut keyakinan cucu tersebutlah yang akan menuntun jalannya mendiang melalui doa dan karma baik yang mereka lakukan. |-
Papegatan
Papegatan berasal dari kata pegat, yang artinya putus, makna upacara ini adalah untuk memutuskan hubungan duniawi dan cinta dari kerabat mendiang, sebab kedua hal tersebut akan menghalangi perjalan sang roh menuju Tuhan. Dengan upacara ini pihak keluarga berarti telah secara ikhlas melepas kepergian mendiang ke tempat yang lebih baik. Sarana dari upacara ini adalah sesaji (banten) yang disusun pada sebuah lesung batu dan diatasnya diisi dua cabang pohon dadap yang dibentuk seperti gawang dan dibentangkan benang putih pada kedua cabang pohon tersebut. Nantinya benang ini akan diterebos oleh kerabat dan pengusung jenazah sebelum keluar rumah hingga putus. |-
Pakiriman Ngutang
Di laksanakan setelah upacara papegatan yang dilanjutkan dengan pakiriminan ke kuburan setempat, jenazah beserta kajangnya kemudian dinaikan ke atas Bade/Wadah, yaitu menara pengusung jenazah (hal ini tidak mutlak harus ada, dapat diganti dengan keranda biasa yang disebut Pepaga). Dari rumah yang bersangkutan anggota masyarakat akan mengusung semua perlengkapan upacara beserta jenazah diiringi oleh suara "Baleganjur" (gong khas Bali) yang bertalu-talu dan bersemangat, atau suara angklung yang terkesan sedih. Di perjalan menuju kuburan jenazah ini akan diarak berputar 3x berlawanan arah jarum jam yang bermakna sebagai simbol mengembalikan unsur Panca Maha Bhuta ke tempatnya masing-masing. Selain itu perputaran ini juga bermakna: Berputar 3x di depan rumah mendiang sebagai simbol perpisahan dengan sanak keluarga. Berputar 3x di perempatan dan pertigaan desa sebagai simbol perpisahan dengan lingkungan masyarakat. Berputar 3x di muka kuburan sebagai simbol perpisahan dengan dunia ini. |-
Ngising
Ngising adalah upacara pembakaran jenazah tersebut, jenazah dibaringkan di tempat yang telah disediakan , disertai sesaji dan banten dengan makna filosofis sendiri, kemudian diperciki oleh pendeta yang memimpin upacara dengan Tirta Pangentas yang bertindak sebagai api abstrak diiringi dengan Puja Mantra dari pendeta, setelah selesai kemudian barulah jenazah dibakar hingga hangus, tulang-tulang hasil pembakaran kemudian digilas dan dirangkai lagi dalam buah kelapa gading yang telah dikeluarkan airnya. |-
Nganyud
Nganyud bermakna sebagai ritual untuk menghanyutkan segala kekotoran yang masih tertinggal dalam roh mendiang dengan simbolisasi berupa menghanyutkan abu jenazah. Upacara ini biasanya dilaksakan di laut, atau sungai. |-
Makelud
Makelud biasanya dilaksanakan 12 hari setelah upacara pembakaran jenazah. Makna upacara makelud ini adalah membersihkan dan menyucikan kembali lingkungan keluarga akibat kesedihan yang melanda keluarga yang ditinggalkan. Filosofis 12 hari kesedihan ini diambil dari Wiracarita Mahabharata, saat Sang Pandawa mengalami masa hukuman 12 tahun di tengah hutan.
sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Ngaben
         Demikianlah  penjelasan serangkain upacara keagaamaan ngaben semoga anda bisa memahami dan mengetahui makna dari upacara ngaben.

sejarah tari rejang


Tarian tradisional satu ini merupakan tarian yang ditampilkan sebagai bagian dari ritual keagamaan masyarakat Hindu di Bali. Namanya adalah Tari Rejang.



Apakah Tari Rejang itu?

Tari Rejang adalah tarian tradisional masyrakat Bali dalam menyambut kedatangan serta menghibur para dewa yang datang dari Khayangan dan turun ke Bumi. Tarian rejang ini secara khusus ditampilkan pada waktu berlangsungnya suatu upacara adat atau keagamaan masyarakat Hindu di Bali. Selain sebagai salah satu warisan budaya, tarian ini juga dipercaya memiliki nilai-nilai penting di dalamnya khususnya makna spiritual, sehingga juga dipercaya sebagai tarian yang suci dan dilakukan dengan penuh rasa pengabdian.

Asal Tari Rejang

Menurut beberapa sumber sejarah yang ada, Tari Rejang diperkirakan sudah ada sejak jaman pra-Hindu. Tarian ini dilakukan sebagai persembahan suci untuk menyambut kedatangan para dewa yang turun ke Bumi. Di kalangan masyarakat Hindu Bali, Tari Rejang ini selalu ditampilkan pada berbagai upacara adat dan keagamaan yang diselenggarakan di pura seperti upacara Odalan. Selain itu di beberapa tempat di Bali, tarian ini juga tampilkan setiap tahunnya, sebagai bagian dari upacara peringatan tertentu di lingkungan desa mereka.

Fungsi Tari Rejang

Seperti yang diungkapkan di atas, Tari Rejang ini merupakan tarian persembahan suci dalam menyambut kedatangan para dewa yang datang dari khayangan dan turun ke Bumi. Tarian ini berfungsi sebagai ungkapan rasa syukur dan penghormatan mereka kepada dewa atas berkenannya turun ke Bumi.

Pertunjukan Tari Rejang

Tari Rejang ini biasanya ditarikan oleh sejumlah penari wanita secara berkelompok maupun secara masal. Pada umumnya mereka bukanlah para penari profesional, sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja baik wanita tua, setengah baya, maupun muda yang sudah didaulat atau disucikan sebelum menarikan tarian ini. Walaupun begitu, dalam pertunjukan tari ini biasanya juga terdapat beberapa orang penuntun yang disebut Pamaret, yaitu seorang yang sudah berpengalaman melakukannya. Pemaret ini biasanya berada di barisan paling depan agar para penari pemula bisa mengikuti gerakannya.

Gerakan Tari Rejang

Secara umum gerakan Tari Rejang ini sangat sederhana. Hal ini disebabkan karena dalam tarian ini lebih berfokus pada nilai spiritual di dalamnya. Gerakan Tari Rejang ini biasanya didominasi dengan gerakan ngembat dan ngelikas atau gerakan kiri dan kanan yang dilakukan sambil melangkah ke depan secara perlahan. Setiap gerakan dalam tarian ini biasanya dilakukan dengan tempo yang cenderung pelan dan juga disesuaikan dengan iringan musik yang ada, sehingga terasa hikmat dan terlihat selaras.

Pengiring Tari Rejang

Dalam pertunjukan Tari Rejang ini biasanya diiringi dengan musik gamelan khas Bali. Musik gamelan tersebut pada umumnya adalah gong kebyar, namun ada beberapa yang memakan gamelan lain seperti gamelan selonding atau gamelan gambang. Selain itu dalam pertunjukan Tari Rejang ada pula yang diiringi vokal seperti tembang atau kidung.

Busana Tari Rejang

Busana yang digunakan pada Tari Rejang ini biasanya merupakan pakaian adat masyarakat Bali yang didominasi warna kuning dan putih. Busana tersebut terdiri dari kain putih panjang yang di kenakan dari bawah sampai pinggang penari. Pada bagian atas merupakan serangkaian kain panjang seperti selendang yang berwarna kuning dililitkan di badan penari menutupi kain putih bagian atas. Sedangkan pada bagian kepala, penari menggunakan mahkota yang dibuat dengan ornamen bunga-bunga. Untuk tata rias yang digunakan para penari, biasanya lebih sederhana dan lebih terkesan natural.

Perkembangan Tari Rejang

Dalam perkembangannya, Tari Rejang ini masih terus ada hingga sekarang. Selain sebagai warisan budaya, Tari Rejang ini juga merupakan bagian dari upacara keagamaan masyarakat Hindu di Bali. sehingga tarian tersebut tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat di sana. Dalam pertunjukan Tari Rejang ini juga tidak dilakukan oleh penari khusus sehingga dapat diajarkan secara turun-temurun dan keahlian dalam menari tidak terhenti begitu saja.

Sekian pengenalan tentang “Tari Rejang Tarian Tradisional Dari Bali”. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan anda tentang ragam kesenian tradisional di Indonesia.

sumber:http://www.negerikuindonesia.com/2015/09/tari-rejang-tarian-tradisional-dari-bali.html

sejarah tari pendet

                                             TARI PENDET
Tari Pendet – Bali memiliki daya tarik yang bukan hanya dari wisata alamnya, melainkan juga daya tarik dari ragam budayanya yang unik dan eksotik. Banyak kesenian-kesenian di Bali yang telah mendunia sehingga tak sedikit orang terkagum-kagum melihat karya seni tersebut.
Salah satunya adalah sebuah karya seni tari yang merupakan ciri khas dari setiap kebudayaan. Seni Tari di setiap suka atau daerah pastinya memiliki gerakan yang berbeda-beda sesuai dengan budaya yang mereka miliki. Di Bali sendiri terdapat banyak sekali jenis tarian yang memiliki gerakan yang berbeda-beda seperti tari rejang, pendet, baris, cendrawasih dan yang lainnya.
Ciri khas yang dimiliki tari bali adalah gerakan bola mata yang melirik ke kiri dan ke kanan yang disebut dengan nyeledet. Disetiap tari bali pasti ditemukan gerakan nyeledet ini baik oleh penari pria maupun wanita.
Nah kali ini, saya akan menjelaskan tentang tari pendet�yang sering kita lihat di acara-acara pertemuan besar. Sebelum itu, kita perlu tau bagaimana sejarah dari tari pendet itu sendiri. Berikut sejarahnya :

  • Sejarah Tari Pendet

Tari Pendet
Seperti yang dikutip dari ISI Denpasar, Lahirnya tari pendet berawal dari ritual sakral Odalan�di pura yang disebut dengan mamendet atau mendet. Mendet dimulai detelah pendeta mengumandangkan mantra dan setelah pementasan topeng sidakarya. Tari ini dipentaskan secara berpasangan atau secara masal dengan membawa perlengkapan sesajen dan bunga.
Pendet disepakati lahir pada tahun 1950. Tarian Pendet ini masih tetap mangandung aura sakral-religius meskipun dipentaskan di sebuah acara non-keagamaan. Pada tahun 1961, I Wayan Beratha memodifikasi Tari Pendet hingga menjadi Tari Pendet yang sering kita saksikan sekarang. Beliau juga menambah penari Pendet menjadi 5 orang.
Setahun kemudian, 1962 I Wayan Beratha dan kawan-kawan menyajikan Tarian Pendet Masal yang ditarikan oleh 800 orang penari untuk ditampilkan di Jakarta dalam acara pembukaan Asian Games.
Kemudian pada tahun 1967, Koreografer Tari Pendet Modern I Wayan Rindi mengajarkan dan melestarikan tarian pendet kepada generasi-generasi penerusnya, selain Pendet, beliau juga mengajarkan dan melestarikan tari bali lainnya kepada keluarganya maupun lingkungan diluar keluarganya.

  • Tentang Tari Pendet

Tari pendet menceritakan tetang dewi-dewi kahyangan yang turun ke Bumi. Biasanya Taro Pendet ini dibawakan secara berkelompok atau berpasangan oleh remaja putri.
Para penari Pendet berbusana layaknya penari Upacara keagamaan. Masing-masing penari akan membawa sesaji berupa sangku/bokor (wadah yang didalamnya terdapat bunga warna-warni) yang nantinya diakhir tarian akan di taburkan ke tamu undangan sebagai sebuah simbol penyambutan.

  • Fungsi Tari Pendet

Tari wali, sering juga disebut tari bali, merupakan kelompok Tari-tarian yang memiliki fungsi sebagai pengiring pelaksanaan upacara. Jadi tarian ini adalah tarian yang sakral dan wajib ada dalam upacara keagamaan yang bersifat besar. Contohnya adalah Tari Rejang, Tari Sanghyang, Tari Baris Gede dan yang lainnya.Di Bali, Seni Tari tradisional di bali menjadi 3 fungsi yang berbeda yakni tari wali. tari bebali dan tari balih-balihan. Perbedaan diantara ketiganya yakni :
  • Tari Bebali, adalah tari yang memiliki fungsi sebagai penunjang jalnnya upacara. Jadi Tarian ini tidak wajib ada dalam sebuah upacara. Contohnya adalah : Tari Cendrawasih, Tari Belibis dan lain-lain.
  • Tari Balih-Balihan, merupakan Tari Tradisional yang memiliki fungsi sebagai hiburan atau tontonan. Tarian ini biasanya dipentaskan di sebuah acara-acara non keagamaan. Contohnya adalah Tari Janger, Joged dan lain-lain.

Kembali ke topik, Tari Pendet masuk kedalam kelompok Tari mana?
Tari Pendet mempunyai 2 fungsi yaitu sebagai Tari Wali dan juga Tari Balih-balihan. Karena memang Tarian Pendet sering difungsikan sebagai Tarian pengiring Upacara Keagamaan. Namun seiiring perkembangan zaman, Tarian Pendet Lebih sering lagi di pentaskan dalam Acara-acara besar yakni sebagai tari penyambutan tamu-tamu penting dalam sebuah acara.
Meskipun begitu, Tarian Pendet tidak kehilangan kesakralannya dan tetap mengandung aura religius yang tinggi. Tarian ini menjadi sebuah warisan kebudayaan yang patut kita jaga dan kita lestarikan agar nantinya tidak ada Negara lain yang mengakuisisikan Tarian Pendet sebagai warisan budaya mereka.Tari Pendet – Bali memiliki daya tarik yang bukan hanya dari wisata alamnya, melainkan juga daya tarik dari ragam budayanya yang unik dan eksotik. Banyak kesenian-kesenian di Bali yang telah mendunia sehingga tak sedikit orang terkagum-kagum melihat karya seni tersebut.
Salah satunya adalah sebuah karya seni tari yang merupakan ciri khas dari setiap kebudayaan. Seni Tari di setiap suka atau daerah pastinya memiliki gerakan yang berbeda-beda sesuai dengan budaya yang mereka miliki. Di Bali sendiri terdapat banyak sekali jenis tarian yang memiliki gerakan yang berbeda-beda seperti tari rejang, pendet, baris, cendrawasih dan yang lainnya.
Ciri khas yang dimiliki tari bali adalah gerakan bola mata yang melirik ke kiri dan ke kanan yang disebut dengan nyeledet. Disetiap tari bali pasti ditemukan gerakan nyeledet ini baik oleh penari pria maupun wanita.
Nah kali ini, saya akan menjelaskan tentang tari pendet�yang sering kita lihat di acara-acara pertemuan besar. Sebelum itu, kita perlu tau bagaimana sejarah dari tari pendet itu sendiri. Berikut sejarahnya :

  • Sejarah Tari Pendet



Tari Pendet
Seperti yang dikutip dari ISI Denpasar, Lahirnya tari pendet berawal dari ritual sakral Odalan�di pura yang disebut dengan mamendet atau mendet. Mendet dimulai detelah pendeta mengumandangkan mantra dan setelah pementasan topeng sidakarya. Tari ini dipentaskan secara berpasangan atau secara masal dengan membawa perlengkapan sesajen dan bunga.
Pendet disepakati lahir pada tahun 1950. Tarian Pendet ini masih tetap mangandung aura sakral-religius meskipun dipentaskan di sebuah acara non-keagamaan. Pada tahun 1961, I Wayan Beratha memodifikasi Tari Pendet hingga menjadi Tari Pendet yang sering kita saksikan sekarang. Beliau juga menambah penari Pendet menjadi 5 orang.
Setahun kemudian, 1962 I Wayan Beratha dan kawan-kawan menyajikan Tarian Pendet Masal yang ditarikan oleh 800 orang penari untuk ditampilkan di Jakarta dalam acara pembukaan Asian Games.
Kemudian pada tahun 1967, Koreografer Tari Pendet Modern I Wayan Rindi mengajarkan dan melestarikan tarian pendet kepada generasi-generasi penerusnya, selain Pendet, beliau juga mengajarkan dan melestarikan tari bali lainnya kepada keluarganya maupun lingkungan diluar keluarganya.

Tentang Tari Pendet

Tari pendet menceritakan tetang dewi-dewi kahyangan yang turun ke Bumi. Biasanya Taro Pendet ini dibawakan secara berkelompok atau berpasangan oleh remaja putri.
Para penari Pendet berbusana layaknya penari Upacara keagamaan. Masing-masing penari akan membawa sesaji berupa sangku/bokor (wadah yang didalamnya terdapat bunga warna-warni) yang nantinya diakhir tarian akan di taburkan ke tamu undangan sebagai sebuah simbol penyambutan.

Fungsi Tari Pendet

Tari wali, sering juga disebut tari bali, merupakan kelompok Tari-tarian yang memiliki fungsi sebagai pengiring pelaksanaan upacara. Jadi tarian ini adalah tarian yang sakral dan wajib ada dalam upacara keagamaan yang bersifat besar. Contohnya adalah Tari Rejang, Tari Sanghyang, Tari Baris Gede dan yang lainnya.Di Bali, Seni Tari tradisional di bali menjadi 3 fungsi yang berbeda yakni tari wali. tari bebali dan tari balih-balihan. Perbedaan diantara ketiganya yakni :
  • Tari Bebali, adalah tari yang memiliki fungsi sebagai penunjang jalnnya upacara. Jadi Tarian ini tidak wajib ada dalam sebuah upacara. Contohnya adalah : Tari Cendrawasih, Tari Belibis dan lain-lain.
  • Tari Balih-Balihan, merupakan Tari Tradisional yang memiliki fungsi sebagai hiburan atau tontonan. Tarian ini biasanya dipentaskan di sebuah acara-acara non keagamaan. Contohnya adalah Tari Janger, Joged dan lain-lain.

Kembali ke topik, Tari Pendet masuk kedalam kelompok Tari mana?
Tari Pendet mempunyai 2 fungsi yaitu sebagai Tari Wali dan juga Tari Balih-balihan. Karena memang Tarian Pendet sering difungsikan sebagai Tarian pengiring Upacara Keagamaan. Namun seiiring perkembangan zaman, Tarian Pendet Lebih sering lagi di pentaskan dalam Acara-acara besar yakni sebagai tari penyambutan tamu-tamu penting dalam sebuah acara.
Meskipun begitu, Tarian Pendet tidak kehilangan kesakralannya dan tetap mengandung aura religius yang tinggi. Tarian ini menjadi sebuah warisan kebudayaan yang patut kita jaga dan kita lestarikan agar nantinya tidak ada Negara lain yang mengakuisisikan Tarian Pendet sebagai warisan budaya mereka.

Sumbwe:https://wisatabaliutara.com/2015/11/tari-pendet-sejarah-dan-fungsinya.html/


semoga penjelasan diatas bisa bermanfaat bagi anda dan  anda bisa memahaminya. Terima Kasih.

Sabtu, 14 Oktober 2017

SEJARAH TARI CENDRAWASIH

         Tari Cendrawasih


Gerakan tari Cendrawasih
Tari Cendrawasih
Penari tunggal Cendrawasih, dengan selendang yang digantungkan
Tari Cendrawasih
Penari tunggal Cendrawasih, sedang merentangkan "sayap"
Tari Cendrawasih
Dua penari Cendrawasih Tari Cendrawasih adalah salah satu dari beberapa tari Bali yang terinspirasi oleh burung; tarian lainnya meliputi tari Manuk Rawa dan tari Belibis.[5]

https://www.youtube.com/watch?v=IWB7uMeNgxc

Tari Cendrawasih adalah sebuah tari Bali yang ditampilkan oleh dua penari perempuan dan mengilustrasikan ritual-ritual perkawinan burung cendrawasih.

Daftar isi

  • Sejarah

Sebuah tarian yang dikenal sebagai cendrawasih tersebut berasal dari I Gede Manik dan pertama kali ditampilkan di subdistrik Sawan di Kabupaten Buleleng pada 1920an, wilayah tersebut adalah tempat asal dari sejumlah tarian, meliputi Trunajaya, Wirangjaya, dan Palawakya. Bamun, versi ini memiliki perbedaan yang signifikan dari tarian yang sekarang umumnya ditampilkan.[1]

Penampilan Tari Cendrawasih pada masa sekarang berasal dari koreografi oleh N. L. N. Swasthi Wijaya Bandem, yang diaransemenkan pada penampilan pertamanya pada 1988.[2] Tari Cendrawasih terinspirasi oleh burung cendrawasih, yang dikenal dalam bahasa Bali sebagai manuk dewata.[3][4] Jenis burung tersebut dikenal suka menari dan menyanKoreografer dari penampilan individual diizinkan untuk menginterpretasikan karya mereka sendiri.[2] Tari cendrawasih dance sering ditampilkan di luar Indonesia ketika mempromosikan budaya Indonesia, seperti di Peru  pada 2002,[6] di Galeri Seni Freerdi Washington, D.C., pada 2008,[4] Jepang pada 2008,[7] dan Belanda pada 2008.[8]Sebuah studi pada 2014 menemukan bahwa penampilan tunggal tari cendrawasih dapat membakar 40 kalori, atau 5 kalori per menit ketika menari, dengan detak denyut nadi penari sekitar 157 kali per menit.[9]

PenampilanTarian tersebut ditampilkan oleh dua wanita,[3] satu memerankan burung cendrawasih jantan dan satu memerankan betina; tarian tersebut mengambil bentuk dari ritual perkawinan.[10] Para penari dipakaikan dengan hiasan kepala bergaya Pandji.[5]Beberapa gerakan tidak ditampilkan dalam bentuk tarian Bali lainnya.

Referensi

  • Kutipan karya


SUMBER:https://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Cendrawa

Demikianlah ulasan tentang sejarah tari cendrawasih semoga bisa di pahami dan pembaca bisa mengetahui bagaimana awal  penciptaan tarian cendrawasih.Terima Kasih.